Pada
prinsipnya habitatArchaeobacteria di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas
tinggi dan asam. Tetapi biasanya Archaeobacteria dikelompokkan berdasarkan
habitatnya, yaitu:
a. Halophiles, yaitu lingkungan yang berkadar
garam tinggi.
b.
Methanogens, yaitu lingkungan yang memproduksi methan. Ini dapat ditemukan pada
usus binatang.
c.
Thermophiles, yaitu lingkungan yang mempunyai suhu tinggi.
Dalam
contoh konkrit kalian dapat menemukan Archaeobacteria di gletser, asap hitam,
tanah rawa, kotoran, air laut, tanah dan saluran pencernaan makanan pada
binatang seperti ruminansia, dan rayap.
Terdapat
juga pada saluran pencernaan makanan pada manusia. Walaupun demikian,
Archaeobacteria biasanya tidak berbahaya bagi organisme lainnya dan tidak satu
pun dikenal sebagai penyebab penyakit.
Bentuk
Archaeobacteria
Archaeobacteria
berukuran dari 0,1 m sampai 15 m, dan ada beberapa Archaeobacteria yang
berbentuk filamen mencapai panjang 200 m.
Bentuk
Archaeobacteria bervariasi, seperti berbentuk bola, batang, spiral, cuping, dan
empat persegi panjang. Bentuk-bentuk yang berbeda ini menunjukkan perbedaan
tipe metabolismenya.
Klasifikasi
Archaeobacteria
Menurut
Woese, Kandler dan Wheelis, 1990, Archaeobacteria dibagi menjadi beberapa
phylum, yaitu:
a.
Phylum Grenarchaeota
b.
Phylum Euryarchaeota
c.
Halobacteria
d.
Methanococci
e.
Methanophyri
f.
Archaeoglobi
g.
Thermococci
h.
Thermoplasmata
i.
Phylum Korarchaeota
j.
Phylum Nanoarchaeota
Struktur
Archaeobacteria
Dinding
sel Archaeobacteria tidak mempunyai peptidoglikan, dinding selnya tipis, jika
dikelompokkan berdasarkan teknik pewarnaan Gram (Gram stain) maka
Archaeobacteria termasuk bakteri Gram negatif.