Sinapuonline
- Presiden Joko Widodo menggelar roadshow ke berbagai pihak pasca-demonstrasi
besar-besaran 4 November bertitel Aksi Bela Islam II yang menuntut Gubernur DKI
Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok diadili dalam kasus dugaan penodaan agama.
Jokowi
-sapaan Joko Widodo- tidak hanya mendatangi kantor PBNU dan Muhammadiyah
ataupun mengundang para ulama ke Istana Negara. Sebab, mantan gubernur DKI itu
juga mendatangi Markas Besar TNI AD, Markas Kopassus, Marinir dan Brimob.
Dalam
beberapa kali kunjungan ke markas-markas angkatan bersenjata, Jokowi menegaskan
bahwa posisinya merupakan Panglima Teringgi TNI. Jokowi selalu mengulangi
pernyataannya bahwa sebagai presiden merupakan Panglima Tertinggi TNI.
Menurut
mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno,
langkah Jokowi mendatangi markas-markas TNI merupakan hal wajar. Menurut Tedjo,
tak ada hal yang perlu dipersoalkan dengan roadshow Jokowi ke markas tentara.
"Kemarin
presiden datang ke Kopasuss, ini seolah-olah dimasalahkan ada apa-apa, padahal
tidak. Sah-sah saja," katanya dalam diskusi bertema TNI dan Polri, Alat
Negara atau Alat Kekuasaan? (Membedah Wacana Pergantian Panglima TNI Dan Kepala
Polri Sebelum Masa Pensiun) di Jakarta, Minggu (13/11).
Karenanya
Tedjo menegaskan, kunjungan Presiden Jokowi ke markas TNI dan Polri hendaknya
tidak diartikan sebagai upaya untuk menghadapi ormas Islam yang menuntur Ahok
diadili. "Jangan. Itu hak beliau (mengunjungi markas TNI dan Polri),"
kata Tedjo lagi.
Hanya
saja Tedjo juga mengingatkan, UUD 1945 mengatur bahwa Presiden RI merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi TNI AD, Angkatan Udara, Angkatan Laut. Rujukannya
adalah Pasal 10 Undang-Undang Dasar 1945.
"Kalau
disebut presiden panglima tertinggi itu tidak benar. Yang benar adalah pemegang
kekuasaan tertinggi sesuai pasal 10 UUD 45," kata mantan kepala staf TNI
Angkatan Laut itu.
Dalam
kesempatan itu Tedjo juga mempertegas bahwa TNI adalah alat negara. "TNI
bukan alat kekuasaan," katanya. (boy/jpnn)