A. Pengertian Tarawih Secara Etimologi
Lafaz
Tarawih adalah bentuk jama’ (plural) dari kata tunggal Tarwîhah ( الترويحة ) yang berarti: istirahat.
Menurut ethimologi berasal dari kata murâwahah ( مـراوحـة ) berarti saling menyenangkan dengan wazan Mufâ’alahnya
al-Râhah ( الراحـــــــة ) yang
berarti merasa senang.
Term
ini merupakan bentuk lawan kata dari al-Ta’ab yang berarti letih atau payah.
B. Pengertian Tarawih
Secara Terminologi
Shalat
Tarawih adalah shalat sunah yang khusus dilaksanakan hanya pada malam-malam
bulan Ramadhan. Dinamakan Tarawih karena orang yang melaksanakan shalat sunah
di malam bulan Ramadhan beristirahat sejenak di antara dua kali salam atau
setiap empat rakaat.
Sebab
dengan duduk tersebut, mereka beristirahat karena lamanya melakukan Qiyam
Ramadhan. Bahkan, dikatakan bahwa mereka bertumpu pada tongkat karena lamanya
berdiri. Dari situ kemudian, setiap empat rakaat (dengan 2 salam) disebut
Tarwihah, dan semuanya disebut Tarawih.
Hal itu sebagaimana
dijelaskan oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-A’sqallâniy dalam kitab Fath al-Bâriy
Syarh al-Bukhâriy sebagai berikut:
سُمِّيَتِ الصَّلَاةُ فِي
الْجَمَاعَةِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ التَّرَاوِيحَ لِأَنَّهُمْ أَوَّلَ مَا اجْتَمَعُوْا
عَلَيْهَا كَانُوا يَسْتَرِيحُوْنَ بَيْنَ كُلِّ تَسْلِيمَتَيْنِ .
Artinya:
Shalat jamaah yang dilaksanakan pada setiap malam bulan Ramadhan dinamai
Tarawih karena para sahabat pertama kali melaksanakannya, beristirahat pada
setiap dua kali salam.
1.
[1]Shalat
Tarawih disebut juga shalat Qiyam Ramadhan yaitu shalat yang bertujuan
menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan. Shalat Tarawih termasuk salah satu
ibadah yang utama dan efektif guna mendekatkan diri kepada Allah. Imam Nawawi
al-Dimasyqiy mengatakan: yang dimaksud Qiyam Ramadhan adalah shalat Tarawih.
2.
[2]
Maksud dari perkataan Imam Nawawi al-Dimasyqiy dijelaskan oleh al-Hâfiz Imam
Ibn Hajar al-A’sqallâniy, sebagai berikut:
يَعْنِي أَنَّهُ يَحْصُلُ
بِهَا الْمَطْلُوبُ مِنَ الْقِيَامِ لَا أَنَّ قِيَامَ رَمَضَان لَا يَكُون إِلَّا
بِهَا
.
Artinya:”Qiyam
Ramadhan dapat dilakukan dengan shalat apa saja termasuk shalat Tarawih. Namun,
ini bukan berarti Qiyam Ramadhan hanya sebatas shalat Tarawih saja”.
Maksud
dari perkataan Imam Ibn Hajar al-A’sqallâniy adalah shalat Tarawih itu
merupakan bagian dari Qiyam Ramadhan
[3].Pada zaman Rasulullah, istilah Tarawih
belum dikenal. Rasulullah dalam hadis-hadisnya juga tidak pernah menyebut kata-kata
Tarawih. Semua bentuk ibadah sunah yang dilaksanakan pada malam hari, lebih
familiar disebut Qiyam Ramadhan, tidak disebut shalat Tarawih sebagaimana
banyak ditemukan dalam teks-teks hadis.
Seperti sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut;
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . (صحيح مسلم)
Artinya:”
Siapa saja yang melaksanakan ibadah pada bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap ridha Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu”.
Dalam
riwayat hadis Shahih mengatakan shalat Qiyam Ramadhan secara berjamaah di zaman
Rasulullah hanya beberapa malam saja. Beliau melaksanakan shalat Qiyam Ramadhan
secara berjamaah hanya dalam 2 atau 3 kali kesempatan.
Kemudian,
beliau tidak melanjutkan shalat tersebut pada malam-malam berikutnya karena
khawatir ia akan menjadi ibadah yang diwajibkan.
Seperti yang terdapat
pada keterangan hadis sebagai berikut;
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ
اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ
الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيْتُ
أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ قَالَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. (صحيح مسلم)
Artinya;
Dari Siti A’isyah sesungguhnya Rasulullah pada satu malam shalat di masjid,
maka para sahabat mengikuti beliau shalat. Kemudian beliau shalat pada malam
berikutnya, para sahabat yang ikut berjamaah menjadi semakin banyak.
Selanjutnya
pada malam ketiga atau keempat para sahabat berkumpul ternyata Rasullah tidak
keluar menemui mereka. Keesokan harinya beliau berkata: “ Aku mengetahui apa
yang kalian lakukan tadi malam. Tidak ada yang menghalangiku keluar menemui
kalian selain dari kekhawatiranku kalau-kalau shalat itu diwajibkan atas
kalian”. Yang demikian itu terjadi di bulan Ramadhan.”
Sedangkan
menurut Syaikh Muhammad Ibn Ismâîl al-Shan’âniy (W.1182 H/1768 M), dalam kitab
Subul al-Salâm Syarh Bulûgh al-Marâm mengatakan: Penamaan shalat Tarawih itu
seolah-olah yang menjadi dasarnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam
al-Bayhaqiy dari Siti A’isyah sebagai berikut:
وَأَمَّا تَسْمِيَتُهَا بِالتَّرَاوِيحِ
فَكَأَنَّ وَجْهَهُ مَا أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
فِي اللَّيْلِ ثُمَّ يَتَرَوَّحُ فَأَطَالَ حَتَّى رَحِمْتُهُ قَالَ الْبَيْهَقِيُّ
تَفَرَّدَ بِهِ الْمُغِيرَةُ بْنُ دِيَابٍ وَلَيْسَ بِالْقَوِيِّ فَإِنْ ثَبَتَ فَهُوَ
أَصْلٌ فِي تَرَوُّحِ الْإِمَامِ فِي صَلَاةِ التَّرَاوِيحِ
Artinya;
Adapun penamaan shalat itu dengan nama Tarawih seakan-akan jalannya adalah
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqiy dari Siti A’isyah ia
berkata:
”Sering
kali Rasulullah mengerjakan shalat 4 rakaat pada malam hari, lalu beliau
Yatarawwah (beristirahat) dan beliau melamakan istirahatnya hingga aku merasa
iba”.
Menurut
Imam al-Bayhaqiy, bahwa hadis ini diriwayatkan melalui sanad al-Mughirah dan ia
bukan orang yang kuat. Jika hadis ini memang jelas ketetapannya maka hadis
inilah yang menjadi landasan Tarwihah (istirahat) imam pada waktu shalat
Tarawih tersebut.
[4] Dari keterangn hadis-hadis shahih di atas,
jelas bahwa tidak ada ketentuan yang baku dari Rasulullah tentang jumlah rakaat
shalat Qiyam Ramadhan. Hadis-hadis shahih yang marfu’ (bersumber dari
Rasulullah) tidak pernah menjelaskan berapa rakaat beliau melakukan Qiyam
Ramadhan.
Kesimpulannya,
dalam konteks shalat Qiyam Ramadhan tidak ada batasan yang signifikan (berarti
penting) dalam bilangan rakaatnya. Semakin banyak rakaat shalat Qiyam Ramadhan
yang dikerjakan, maka semakin banyak pahalanya. Sedangkan dalam konteks shalat
Tarawih maksimalnya adalah 20 rakaat.