Legenda
Dulu
kawasan Sedudo merupakan tempat pertapaan Ki Ageng Ngaliman, tokoh pelopor
penyebaran agama Islam di Nganjuk waktu itu. Sebagai penghormatan atas
jasa-jasanya, maka setiap bulan Suro sebuah upacara ritual selalu digelar.
Ritual yang diberin nama pengambilan Air Sedudo itu diisi dengan acara
iring-iringan gadis berambut panjang yang berbusana adat Jawa, berjalan
perlahan menuju kolam yang berada tepat di bawah air terjun.
Mereka
percaya, air yang mengalir tak henti-hentinya mengalir di Sedudo, bersumber
dari tempat keramat, yakni tempat di mana para dewa bersemayam. Tak heran,
ketika malam tahun baru Hijriyah 1 Muharram, atau biasa dikenal malam 1 Suro
oleh masyarakat Jawa, ribuan pengunjung selalu memadati Sedudo. Di tengah
dinginnya air terjun Sedudo, mereka mandi beramai-ramai di kolamnya.
Aspek
sejarah lain, khususnya tentang pemanfaatan Sedudo oleh kalangan raja dan ulama
di zaman Kerajaan Majapahit dan kejayaan Islam, sangat mempengaruhi kepercayaan
masyarakat tentang khasiat air terjun tersebut. Di jaman Majapahit Sedudo
sering digunakan untuk mencuci senjata pusaka milik raja dan patih dalam Prana
Pratista. Sementara di zaman kerajaan Islam, Sedudo sangat dikenal sebagai
kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman.