Orangtua sebagai Kunci:
Orangtua
memegang peranan penting dalam upaya mengharmoniskan hubungan kakak-adik di
dalam rumah. Bagaimana caranya? Berikut kiat-kiatnya:
1.Pahamkan anak tentang kewajiban terikat dengan syariah (termasuk tentang adab dan akhlak)
Anak
akan senantiasa terikat dengan syariah jika akidahnya kokoh. Menanamkan akidah
yang kokoh adalah tugas orangtua yang utama.
Tentu
prosesnya sangatlah panjang, bahkan harus dimulai sejak anak berada di dalam
kandungan. Orangtua harus berupaya semaksimal mungkin agar anak-anaknya selalu
menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya berada di urutan nomor satu. Dengan begitu,
anak menjadi sosok hamba Allah yang sami’nâ wa atha’nâ terhadap segala perintah
dan larangan-Nya.
Persoalan
menanamkan pemahaman yang benar tentang adab dan akhlak kepada saudara kandung
pun tidak bisa dilakukan secara instan. Orangtua hendaknya sudah mulai
menanamkannya sejak dini, bahkan mungkin ketika sang adik masih di dalam
kandungan.
Misalnya,
dengan memberikan pengertian bahwa ia juga berasal dari perut ibu, sama seperti
adiknya.
Ibu
juga bisa menceritakan bagaimana merawat dia dengan sepenuh hati dan
menyayanginya sama seperti yang dilakukannya sekarang kepada sang adik.
Dalam
keadaan seperti ini, ibu mengkondisikan agar kakak menyayangi adiknya yang
masih ada dalam kandungan.
Cara
lainnya adalah dengan melibatkan sang kakak untuk mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan untuk menyambut kedatangan adik barunya. Perlakuan demikian
akan membuat kakak merasa dihargai sehingga ia tidak akan cemburu. Bahkan hal
tersebut akan menambah rasa kasih sayang kakak terhadap adiknya.
Jika
anak sudah menginjak usia baligh, orangtua dapat memberikan pemahaman disertai
dalil-dalil syariah yang terdapat di dalam al-Quran maupun al-Hadis. Misalnya
dengan menceritakan hadis dari Anas bin Malik ra. yang berkata: Ada orangtua
datang ingin menemui Nabi saw. dan orang-orang yang ada di dalam majelis tidak
segera melapangkan tempat untuk memberikan jalan kepada orangtua tersebut.
Kemudian Nabi saw. bersabda:
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ الْكَبِيرَ وَيَرْحَمْ الصَّغِيرَ
Tidaklah
termasuk golonganku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak
menyayangi yang muda (HR Imam Ahmad dan ath-Thabrani).
Ada
juga hadis dari Kulaib al-Juhani ra. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Saudara tua adalah orang yang menempati posisi orangtua.” (HR ath-Thabari).
Dua
hadis tersebut menunjukkan bahwa kakak haknya dihormati sehingga kewajiban adik
adalah menghormati kakak. Sebaliknya, hak adik adalah disayangi sehingga kakak
berkewajiban untuk menjaga dan menyayangi adik.
2. Berikan teladan terbaik dari orangtua.
Kebaikan
dan keshalihan orangtua membawa pengaruh besar terhadap pembinaan jiwa anak.
Keteladanan yang baik akan membawa kesan positif dalam jiwa anak. Jangan harap
anak akan saling menghargai dan menyayangi satu sama lain jika orangtua
terbiasa bersikap dan berkata kasar kepada pasangan atau kepada anak-anaknya.
Orangtua
dituntut untuk selalu menjadi yang terdepan dalam ketaatan dan kebaikan, karena
anak melihat mereka setiap waktu. Orangtua akan menjadi cermin bagi
anak-anaknya hingga dewasa.
Bangunlah
sebuah motivasi bersama di dalam rumah agar senantiasa dapat meningkatkan
ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Bersama-sama.
Tentu orangtua harus menjadi contoh utama. Gambarkan kepada anak-anak, bahwa
kebersamaan yang diharapkan adalah kebersamaan yang bukan hanya di dunia,
melainkan sampai ke akhirat kelak (lihat: QS ath-Thur [52]: 21).
3.
Bersikaplah adil dan jangan pilih kasih.
Ketidakadilan
dan sikap pilih kasih orangtua terhadap anak-anak akan menimbulkan rasa cemburu
dan dengki dalam jiwa anak karena merasa dirinya disisihkan. Rasulullah saw.
bersabda:
فَاتَّقُوا
اللهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
Bertakwalah
kepada Allah bersikaplah adil terhadap anak-anak kalian (HR al-Bukhari).
Rasul
saw. juga bersabda, “Bersikaplah adil di antara anak-anak kalian dalam
pemberian sebagaimana kalian suka berlaku adil di antara kalian dalam kebaikan
dan kelembutan.” (HR Ibnu ’Abi ad-Dunya).
Rasulullah
saw.
Bahkan
pernah menegur seorang sahabatnya tatkala dia hanya mencium anak laki-lakinya
saja, sementara itu anak perempuan (yang juga ada bersamanya) tidak diberi
ciuman. Saat melihat kejadian tersebut kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Kamu
tidak bersikap adil pada keduanya!” (HR al-Baihaqi).
Sikap
pilih kasih akan memberikan dampak yang buruk terhadap anak, yaitu munculnya
sikap cemburu, iri, dengki bahkan permusuhan yang dapat berujung pada pemutusan
tali persaudaraan; selain akan mengakibatkan memburuknya hubungan anak dengan
orangtua.
Orang
tua yang bersikap adil akan memperoleh kebaikan dan pahala yang berlipat ganda
dari sisi Allah Swt., sebagaimana sabda Rasul saw., “Orang-orang yang bersikap
adil akan ditempatkan di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya.” (HR
Muslim).
4.
Jika terjadi ’perang saudara’,
bersegeralah dalam melerainya.
Jika
timbul perselisihan dan pertengkaran antara kakak-adik, orangtua harus segera
bertindak untuk melerai dan menjernihkan hati dan pikiran mereka, agar tidak
timbul kebencian dan dendam yang berlarut-larut.
Lihatlah
masalah yang terjadi secara obyektif, siapa yang benar dan siapa yang salah.
Jangan pernah menyalahkan salah satu pihak, meskipun memang satu diantara
keduanya melakukan kesalahan. Menyalahkan salah satu pihak bukanlah tindakan
bijaksana
.
Memberikan
motivasi kepada dua belah pihak untuk saling memaafkan satu sama lain adalah
cara terbaik. Doronglah mereka untuk berani meminta maaf (jika berbuat salah)
dan berlapang dada untuk memaafkan.
Berikan
apresiasi jika ada salah satu di antara mereka yang mau mengalah dan meminta
maaf terlebih dulu. Gambarkan bahwa Allah Swt. sangat mencintai hamba-hamba-Nya
yang menyadari kesalahannya lalu meminta maaf dan memohon ampunan kepa
Hargailah
pihak yang benar lalu tumbuhkan empatinya, agar ia tidak memposisikan dirinya
sebagai pemenang. Juga tenangkan dan hiburlah yang salah, agar ia tidak terlalu
merasa terpojok.
5.
Berikan nasihat kepada anak-anak pada
saat yang tepat.
Diperlukan
waktu yang tepat untuk membicarakan pertengkaran yang telah terjadi. Carilah
waktu saat anak sedang santai untuk membicarakan kembali kesalahan-kesalahan
saat pertengkaran terjadi. Cara ini juga sekaligus memberikan stimulus pada
anak agar terbiasa melakukan muhâsabah (evaluasi diri).
Rasulullah
saw. sendiri menganjurkan beberapa pilihan waktu untuk memberi nasihat kepada
anak-anak, yaitu: 1) saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan; 2) sewaktu
makan; 3) saat anak sakit.
6.
Selalu mendoakan anak-anak.
Selain
diperintahkan oleh Allah Swt., doa juga akan semakin menghangatkan kasih sayang
dan semakin memantapkan cinta orangtua kepada anak. Mohonkanlah kepada Allah
dengan sungguh-sungguh dan penuh harap agar rumah tangga senantiasa diliputi
keberkahan dan keharmonisan. Berdoalah selalu agar anak-anak kita menjadi qurrata
a’yun yang kokoh akidahnya, taat syariah, baik akhlaknya dan selalu
tolong-menolong dalam ketaatan dan kesabaran. Mohonkan juga agar kita dan
anak-anak kelak pada Hari Akhir nanti dipertemukan kembali di surga-Nya. Amin.
Wallâhu
a’lam bi ash-shawâb. []
Penulis
adalah ibu rumah tangga dan anggota Lajnah Tsaqafiyah MHTI Pusat, tinggal di
Bogor.
Sumber:
http://hizbut-tahrir.or.id