Sinapu
Online_ Memberikan Petunjuk kepada semua makhluk ke jalan yang lurus, sebagai
adanya targhib dan tarhib, untuk dapat melaksanakan syari’at Allah SWT. Sebagai
Jawaban terhadap pertanyaan dan juga penjelasan bagi mereka, seperti turunya
Al-Anfal 1, dan an-Nisa’ : 127
قُل
لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ اْلإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ
لاَيَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْكَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا ) الإسراء : 88
)
أَمْ
يَقُوْلُوْنَ اْفتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوْا
مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ ) هود : 13 )
وَإِن
كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِن مِّثْلِهِ
وَادْعُوا شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ( البقرة : 23
)
Ayat yang pertama dan
terakhir diturunkan.
Pertama :
Berkata
As-Suyutti, tentang yang pertama turunnya Al-Qur’an sesuai dengan pendapat yang
shahih, yaitu firman Allah SWT surat al-Alaq: 1-5.
Yang
Terakhir Kali Ayat turun dari Al-Qur’an.
Perselisihan
yang terjadi dikalangan para ulama tentang ayat yang terakhir turun adalah
berdasarkan dalil yangmarfu’, sehingga menyebabkan terjadinya banyak
perselisihan pendapat. Dan pendapat yang rajih ( kuat ) tentang yang terakhir
turun dalam Al-Qur’an adalahsurat Al-Baqarah : 281.[i]
وَاتَّقُوا
يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ * - البقرة : 281 –
Cara turunnya wahyu (
al-Qur’an )
Pertama :
Datang
kepada Rasul SAW Malaikat seperti dencingan suara lonceng yang amat kuat, dari
musnad imam Ahmad, dari Abdullah bin Umar, aku bertanya kepada Rasul, Apakah
anda ya Rasul menyadari tetang turunnya wahyu ?, Rasul Menjawab : aku mendengar
suara dencingan lonceng, kemudian aku diam, tiba-tiba aku tidak sadarkan diri,
ternyata turunnya wahyu. Dan cara ini adalah cara yang terberat, dan dikatakan
demikian diantara turunnya ayat berkenaan tetang janji dan ancaman.
Kedua :
Malaikat
datang kepada Rasul bagaikan seorang laki-laki, dan menyampaikan wahyu,
demikian sebagaimana hadits shahih. Dan cara yang demikian adalah cara yang
lebih ringan dari cara yang pertama.
Karena
cara ini, Malaikat sebagaimana layaknya saudara saudara yang lain, dan
berbicara baik secara sadar seperti pada saat isra dan mi’raj, dan dalam
keadaan tidur seperti hadits Muaz bin Jabal.