Dakwah
Nabi Muhammad Periode Mekah Mekah, sebuah kota yang terletak di kawasan Arab
yang bertanah kering.
Mekah
dikelilingi bukit-bukit karang yang tandus. Padang pasir banyak terdapat di
kota ini. Kota Mekah dikelilingi gunung-gunung batu.
Kondisi
tanah yang tandus menyebabkan mayoritas penduduk Mekah bermata pencaharian
sebagai pedagang.
Mereka
berdagang selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan dengan meninggalkan
keluarganya. Kota Mekah dilalui jalur perdagangan yang menghubungkan Yaman dan
Syiria.
Kakbah
yang berdiri di tengah kota menyebabkan Mekah sebagai pusat keagamaan Arab.
Kakbah menjadi tempat ziarah bagi mereka.
Di
kota itulah Nabi Muhammad lahir. Nabi Muhammad lahir sebagai seorang yatim.
Abdullah, ayahandanya meninggal dunia pada saat Muhammad masih berada dalam
kandungan.
Ayahandanya
wafat dalam perjalanan dagang. Muhammad dibesarkan oleh Aminah, ibundanya.
Tidak lama dalam asuhan Aminah, ibunda tercinta itu wafat.
Muhammad
kemudian beralih diasuh oleh Abdul Muttalib, kakeknya. Selanjutnya, Muhammad
diasuh oleh Abu Talib, pamannya.
Ketika
beranjak dewasa, Muhammad memiliki kebiasaan menghindari keramaian. Muhammad
menyendiri di gua-gua sekitar Mekah.
Waktunya
di gua dihabiskan untuk berpikir mengenai pemandangan alam semesta dan adanya
kekuasaan di balik semua itu. Selain itu, waktu menyepi dipergunakan untuk
beribadah.
Pilihan
mengasingkan diri dan memisahkan diri dari keramaian merupakan bagian dari
rencana Allah Swt. terhadapnya.
Selain
itu, pilihan mengasingkan diri juga menyebabkan terputusnya hubungan dengan
kesibukan-kesibukan duniawi.
Saat
Muhammad sedang berkhalwat di gua Hira, tatkala sedang tertidur datanglah
malaikat dengan sehelai lembaran seraya berkata,
”Iqra’!” Dengan terkejut Muhammad menjawab,
”Saya tidak dapat membaca.” Diulanginya perintah itu hingga tiga kali. Jawaban
Muhammad masih sama. Selanjutnya, malaikat berkata:
Iqra’
bismi rabbikal-laz.i - khalaq(a). Khalaqal-insa-na min 'alaq(in). Iqra’ wa
rabbukal-akram(u). Allaz.i - 'allama bil-qalam(i). 'Allamal-insa-na ma - lam
ya'lam.
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq [96]: 1–5).