Riya
merupakan perilaku tercela sebagaimana hasad. Riya berasal dari kata ru’yah
yang berarti penglihatan.
Dari
asal katanya riya dapat dipahami sebagai sikap atau perilaku yang ingin dilihat
atau diperlihatkan kepada orang lain.
Tujuannya
untuk memperoleh pujian, penghargaan, dan posisi tertentu dalam hati manusia.
Sebagian
ulama mendefinisikan riya sebagai menginginkan kedudukan dalam hati manusia
dengan cara memperlihatkan berbagai kebaikan kepada mereka.
Riya
merupakan sifat yang sangat halus. Riya diibaratkan seperti mencari semut hitam
yang berjalan di atas batu hitam pada malam gelap gulita.
Oleh
karena halusnya kadang kita tidak menyadari bahwa riya telah bersarang dalam
hati.
Keberadaan
riya dalam hati dan amal sangat berbahaya sebab ia dapat menghapus pahala dari
amal saleh yang telah dilaksanakan. (Uwes al-Qorni. 1997. Halaman 43–45) Contoh
riya seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya,
A menunaikan salat karena dilihat oleh orang tuanya. Tujuan A mungkin hanya
untuk mendapat pujian dari orang tuanya.
Hanya
Suatu hari Aini mendengar kabar bahwa Farida, teman semasa kecilnya berhasil
menjadi seorang hafizah. Setelah sekian lama belajar di pesantren Farida
berhasil menggapai cita-citanya.
Mendengar
berita tersebut, Aini merasa iri terhadap ilmu yang telah diperoleh sahabatnya.
Ia ingin menjadi seorang hafizah sebagaimana Farida.
Semenjak
saat itu, Aini rajin mengaji dan mulai menghafal Al-Qur’an untuk mewujudkan impiannya