Semakin
banyak rakaat shalat Qiyam Ramadhan yang dikerjakan, maka semakin banyak
pahalanya. Tetapi yang paling afdhal mengerjakan shalat Tarawih dengan 20
rakaat. Karena sesuai dengan amalan yang telah dikerjakan oleh para sahabat,
Tabiin dan para Salafus Sâlih.
Kalau
kita mau jujur, dengan menelusuri dan mencermati pendapat para ulama yang telah
dikemukakan di atas, hampir semua sependapat dan sepakat bahwa mengerjakan
shalat Tarawih dengan 20 rakaat itu adalah jumlah rakaat yang paling banyak
dikerjakan oleh banyak umat Islam termasuk di Masjid al-Haram Makkah sejak
zaman Khalifah Umar Ibn Khatthab sampai saat sekarang ini, dan hal itu tidak
pernah berubah.
Sebagaimana
telah ditegaskan oleh para imam Mujtahid; Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafii, Imam Ahmad Ibn Hambal dan hampir semua ulama termasuk Syaikh Ibn
Taymiyyah.
Siapa
lagi yang pantas dan patut kita teladani dalam mengamalkan suatu ibadah kalau
bukan para ulama Salafus Salih, merekalah yang lebih utama dari pada kita,
karena mereka hidup dalam masa yang lebih baik dari masa kita.
Rasulullah
bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُم .
Artinya”Manusia
terbaik adalah mereka yang hidup pada masa aku hidup (para sahabat) kemudian
generasi selanjutnya (para Tabi’in) kemudian generasi selanjutnya (pengikut
Tabi’in).
”[4]Adapun
hukum orang yang mengerjakan shalat Tarawih kurang dari 20 rakaat, seperti 8
rakaat, maka ia tetap mendapat pahala Shalat Tarawih. Dengan catatan, 8 rakaat
tersebut dikerjakan dengan salam pada tiap 2 rakaatnya.
Namun
pahala yang ia dapat tidak seperti orang yang mengerjakan shalat Tarawih dengan
20 rakaat. Apabila shalat Tarawih 8 rakaat itu dikerjakan dengan cara 4 rakaat
sekali salam-4 rakaat sekali salam, maka shalat Tarawihnya tidak sah.
Bagi
mereka yang mengerjakan di masjid atau di mushalla shalat Tarawih dengan 8
rakaat dan ditambah 3 rakaat shalat Witir, mereka pun masih bisa mendapatkan
keafdholan pahala shalat Tarawih dengan cara menyempurnakan bilangan rakaat
shalat Tarawih di rumah dengan menambahkan 12 rakaat, agar jumlah rakaat shalat
Tarawih mereka 20 rakaat.
Para
Ulama bersepakat mengatakan berapapun bilangan rakaat shalat Tarawih yang
dikerjakan, setiap 2 rakaat diakhiri dengan salam.
Adapun
pendapat sekelompok orang yang mengajarkan dan mengamalkan shalat Tarawih
dengan cara 4 rakat sekali salam, 4 rakaat sekali salam, yang semarak
dikerjakan banyak orang dan sudah terlanjur mengakar, sehingga muncul kesan
bahwa praktek seperti itulah yang benar dan perlu ditradisikan.
Padahal
fakta ilmiah mengatakan cara seperti itu tidak benar dan tidak sejalan dengan
ajaran para ulama Salafus Shalih. Sia-sia mengerjakan shalat Tarawih sebulan
penuh, kalau ternyata praktek ibadah yang dikerjakan menyalahi aturan Syariat.
Ini
yang disebut Sial Dangkalan, sudah cape, tenaga terkuras, waktu terbuang,
pahalanya kaga ada. Laksana orang yang nimba kubangan (kobak) besar yang ada di
sawah untuk mendapatkan banyak ikan, ternyata ia tidak dapatkan ikan karena
kubangan itu sudah di cengkaling orang.
Para
ulama Mazhab Imam Malik dan Mazhab Imam Ahmad Ibn Hambal berpendapat:”Shalat
Tarawih yang dikerjakan 4 rakaat sekali salam itu hukumnya Makruh. Karena telah
meninggalkan kesunahan bertasyahhud dan memberi salam pada setiap 2 rakaat.[5]
Sedangkan para ulama Mazhab Imam Syafii mengatakan: ”Shalat Tarawih yang
dikerjakan 4 rakaat sekali salam, hukumnya tidak sah”.[6] Dengan alasan telah
menyalahi istilah dan prosedur shalat Tarawih yang sudah jelas definisinya.
[2]
Hasan Ibn Ahmad al-Kaf, al-Taqrirat al-Sadidah Fi Masail al-Mufidah, vol. 1
(Dar al-Ulum: Surabaya 2004) h. 287. [3] Al-Hafiz Abdullah al-Harariy, Bughyah
al-Thâlib Lima’rifah al-Ilm al-Diniy al-Wajib, vol. 1 (Dar al-Masyari’ 2004) h.
281.
[4]
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam al-Bukhariy, Imam Muslim, Imam Tirmidziy,
Imam Ahmad, Imam Ibn Abi Syaybah, Imam al-Bayhaqiy, Imam Hakim, Imam
al-Thabaraniy, Imam Ibn Hibban dan lain-lain.
[5]
Lihat: Hasyiyah al-Fawâkih al-Dawâniy Alâ Risâlah Abi Zayd al-Qayrawâniy, vol.
3 (Beirut: Dâr al-Fikr tt) h. 464; Hasyiyah al-Adawiy Ala Syarh Kifâyah al-Thâlib
al-Rabbâniy, vol. 3 (Beirut: Dâr al-Fikr tt) h. 442; Abdurrahman al-Jazîriy,
Kitâb al-Fiqh Ala al-Madzâhib al-Arba’ah, vol. 1 (Beirut: Dâr al-Fikr 2002) h.
290; Wahbah al-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuh, vol. 2 (Beirut: Dar
al-Fikr 1989) h. 65-73.
[6]
Bagi anda yang ingin mengetahui lebih luas penjelasan argumen para ulama secara
terperinci terkait masalah tersebut, silahkan anda merujuk risalah:
الجــواب الصحيح لمن صلى
أربعا بتسليمة من التراويــح,
yang
telah kami cetak pertama kali pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1430 H bertepatan
dengan tanggal 9 Maret 2009 M.
Dalam
risalah الجـواب الصحيح لمن صلى أربعا بتسليمة
من التراويــح, penulis telah sebutkan lebih dari 75 kitab Mu’tabar dari
berbagai cabang ilmu, baik dari keterangan kitab Syarh hadis, fiqh, Ushul Fiqh
dan Taswwuf, yang menyatakan bahwa shalat Tarawih yang dikerjakan dengan 4
rakaat sekali salam itu tidak sah. Di antaranya:
ü
Imam Nawawiy al-Dimasyqiy:
يَدْخُلُ وَقْتُ التَّرَاوِيْحِ
بِالْفَرَاغِ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ ذَكَرَهُ الْبَغَوِيُّ وَغَيْرُهُ وَيَبْقَى
إِلَى طُلُوْعِ اْلفَجْرِ وَلْيُصَلِّهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ كَمَا هُوَ اْلعَادَةُ
فَلَوَْصَلَّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمةٍ لَمْ يَصِحَّ ذَكَرَهُ الْقَاضِى حُسَيْنٌ
فيِ فَتَاوِيْهِ ِلاَنَّهُ خِلاَفُ الْمَشْرُوْعِ قَالَ وَلاَ تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ
بَلْ يَنْوِى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ أَوْ صَلاَةَ التَّرَاوِيحِ أَوْ قِيَامَ رَمَضَانَ
فَيَنْوِيْ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ مِنْ صَلاَةِ التَّرَاوِيحِ . )المجموع
شرح المهذب : ج 4 ص : 38 (دار الفكر 2000)
Artinya:”Masuk
waktu shalat Tarawih itu setelah melaksanakan shalat Isya. Imam al-Baghawi dan
lainnya menyebutkan: “waktu tarawih masih ada sampai terbit fajar”. Hendaklah
seseorang mengerjakan shalat Tarawih dengan dua rakaat- dua rakaat, sebagaimana
kebiasaan shalat sunah lainnya. Seandainya ia shalat dengan 4 rakaat dengan
satu salam, maka shalatnya tidak sah.
Hal
ini telah dikatakan oleh al-Qâdhi Husain dalam fatwanya, dengan alasan hal
demikian menyalahi aturan yang telah disyariatkan. Al-Qâdhi juga berpendapat
seorang dalam shalat Tarawih ia tidak boleh berniat mutlak, tetapi ia berniat
dengan niat shalat sunah Tarawih, shalat Tarawih atau shalat Qiyam Ramadhan.
Maka ia berniat pada setiap 2 rakaat dari shalat Tarawih.
ü
Imam Ahmad Ibn Hajar al-Haytamiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ
رَكْعَةً , وَيَجِبُ فِيْهَا أَنْ تَكُوْنَ مَثْنَى بِأَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
, فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِشِبْهِهَا بِاْلفَرْضِ فِي
طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ بِخِلاَفِ نَحْوِ سُنَّةِ الظُّهْرِ
وَالْعَصْرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ . )فتح الجواد شرح الارشاد :ج 1 ص : 163 (مكتبة اقبال
حاج ابراهيم سيراغ ببنتن 1971)
Artinya:
Shalat Tarawih itu 20 rakaat, wajib dalam pelaksanaanya dua-dua, dikerjakan dua
rakaat-dua rakaat. Bila seseorang mengerjakan 4 rakaat dengan satu salam, maka
shalatnya tidak sah karena hal tersebut menyerupai shalat fardhu dalam menuntut
berjamaah, maka jangan dirubah keterangan sesuatu yang telah warid (datang).
Lain
halnya dengan shalat sunah Zuhur dan Ashar (boleh dikerjakan empat rakaat satu
salam) atas Qaul Mu’tamad.
ü
Imam Muhammad Ibn Ahmad al-Ramliy:
وَلَا تَصِحُّ بِنِيَّةٍ
مُطْلَقَةٍ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ بَلْ يَنْوِي رَكْعَتَيْنِ مِنْ التَّرَاوِيحِ أَوْ
مِنْ قِيَامِ رَمَضَانَ .وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ إنْ كَانَ
عَامِدًا عَالِمًا ، وَإِلَّا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا ؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ.)
نهاية المحتاج شرح المنهاج : ج 1 ص :127 (دار الفكر 2004)
Artinya:
Tidak sah shalat Tarawih dengan niat shalat Mutlak, seharusnya seseorang
berniat Tarawih atau Qiyam Ramadhan dengan mengerjakan salam pada setiap 2
rakaat. Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4 rakaat satu salam, jika ia
sengaja-ngaja dan mengetahui maka shalatnya tidak sah. Kalau tidak demikian
maka shalat itu menjadi shalat sunah Mutlak, Karena menyalahi aturan yang
disyariatkan”.
ü
Imam Ahmad Ibn Muhammad al-Qasthallaniy:
وَ
فُهِمَ مِمَّا سَبَقَ مِنْ أَنَّها بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ أَنَّهُ لَوْ صَلَّاهَا أَرْبَعًا أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ
، وَبِهِ صَرَّحَ فِي الرَّوْضَةِ لِشَبَهِهَا بِالْفَرْضِ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ
فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ . )ارشاد الساري شرح صحيح البخاري : ج 3 ص : 426 (دار
الفكر 1984)
Artinya:
“Dipahami dari ungkapan yang lalu sesungguhnya shalat Tarawih itu
pelaksanaannya dengan 10 kali salam, Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan
4 rakaat sekali salam, maka shalat Tarawihnya tidak sah.
Seperti
inilah keterangan yang telah dijelaskan oleh Imam Nawawiy dalam kitab
al-Rawdhah, Karena shalat Tarawih menyerupai shalat fardhu dalam menuntut
berjamaah (tiap 2 rakaat melakukan Tasyahhud), maka jangan dirubah keterangan
sesuatu yang telah warid (datang).”
ü
Imam Zakariya al-Anshariy:
وَسُمِّيَتْ كُلُّ أَرْبَعٍ
مِنْهَا تَرْوِيحَةً لِأَنَّهُمْ كَانُوا يَتَرَوَّحُونَ عَقِبَهَا أَيْ : يَسْتَرِيحُونَ
، وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِأَنَّهَا بِمَشْرُوعِيَّةِ
الْجَمَاعَةِ فِيهَا أَشْبَهَتْ الْفَرِيضَةَ فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ . )فتح
الوهاب شرح منهج الطلاب : ج1 ص : 58 ( منارا قدس د ت)
Artinya:
Pada setiap 4 rakaat dinamai satu Tarwihah karena para sahabat bersantai-santai
setelahnya artinya beristirahat. Jika seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan
satu salam maka tidak sah, karena anjuran berjamaah pada shalat Tarawih
menyerupai shalat fardhu, maka jangan diubah aturan yang telah ada
keterangannya.”